Kesadaran beragama secara mendalam ditilik dari ranah hati sebenarnya identik dengan bersemayamnya tauhid dan keimanan kepada Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa dengan kualitas haqqul yaqin yaitu yakin seyakin-yakinnya dengan pengetahuan-Nya, sehingga tidak perlu pembuktian lagi oleh karena dalam proses pembuktian-Nya ternyata Dia telah memperkenalkan diri-Nya sendiri, dan dengan pengenalan-Nya ini, sifat-sifat-Nya menjadi permanen termanifestasikan kedalam hati makhluk menjadi sifat-sifat makhluk yang mengenal-Nya – dialah makhluk yang menjadi hamba Allah.
Sehingga, jangan heran bilamana Anda mencapai kualitas keimanan haqqul yaqin, meskipun Anda bukan seorang sufi atau wali, Anda akan sangat tegar menghadapi segala macam kesenangan, kesusahan dan bencana yang paling mengerikan sekalipun. Dalam kacamata makhluk lainnya, mungkin bencana itu mengerikan, namun baginya itu dapat berarti banyak hal antara lain semakin teguhnya keimanan dan keyakinan kepada Kemahakuasaan Allah SWT, semakin merindukan-Nya, dan deskripsi lainnya yang sejatinya menunjukkan keridhaannya kepada semua kehendak Allah SWT.
Siapa yang mengenali dirinya pada akhirnya akan memunculkan sikap ketiadaan dirinya (kepasrahan) dihadapan Allah SWT. Manusia harus meng-null-kan diri (mengosongkan diri) dari semua bentuk kebendaan maupun kehendak atau hasrat dirinya untuk mengenal Allah SWT sebagai satu-satunya yang kekal atau Realitas Absolut (al-Haqq). Meng-null-kan identik dengan tercapainya suatu kesadaran tingkat kuantum, atau dalam bahasa sufi makrifat, sehingga manusia akan fana didalam Kemahakuasaan Allah SWT. Fana dalam arti totalitas dirinya menjadi musnah (bahkan null) di hadapan Kemahakuasaan Ilahi.
Karena itu, konsep relasi manusia-Tuhan saya sebut konsep null-to-one dimaksudkan sebagai upaya makrifat manusia untuk mengenal dan sampai kepada Allah SWT; dalam format yang lebih baku hal ini identik dengan prinsip mendasar tauhid yaitu “Laa ilaaha ilallaah”. Sedangkan dalam perspektif penciptaan maka berhadapannya manusia dengan Tuhan adalah refleksi atau cermin atas realitas dirinya yang menjadi citra kesempurnaan Tuhan.
*Kutipan dari sebuah blog, lupa linknya :)
Kamis, 01 Mei 2008
Inikah Fana'?
Kududuk bersimpuh
mengamati leburnya jasad
ambyar menjadi debu
yang tinggal hanya seonggok kesadaran
yang kehilangan arah
pada suatu tempat tanpa nama
ditemani kesunyian
semua realitas yang aku banggakan
ternyata semu
akan hancur karena fana'
jiwa ini membumbung ke ufuk tinggi
kembali kepada Sang Pemilik
Sang Maha Mutlak
Yang Lahir dan Yang Bathin
Jelang siang, 02 Mei 2008
mengamati leburnya jasad
ambyar menjadi debu
yang tinggal hanya seonggok kesadaran
yang kehilangan arah
pada suatu tempat tanpa nama
ditemani kesunyian
semua realitas yang aku banggakan
ternyata semu
akan hancur karena fana'
jiwa ini membumbung ke ufuk tinggi
kembali kepada Sang Pemilik
Sang Maha Mutlak
Yang Lahir dan Yang Bathin
Jelang siang, 02 Mei 2008
Selasa, 22 April 2008
Dunia tanpa mata dan telinga
Bayangkanlah sebuah dunia tanpa mata. Yang terlihat hanyalah kegelapan
atau paling tidak keburaman. Semua penampakan yang ada di luar sana tidak ada
artinya. Serbuan cahaya yang terus menerus dalam spektrum frekuensi yang
dapat dilihat melalui mata normal juga tidak dapat diindera. Semua keindahan
pada alam, harta benda, dan manusia tidak dapat dinikmati. Itulah yang terjadi
jika Allah tidak mengaruniai nikmat mata.
Bayangkanlah sebuah dunia tanpa telinga. Yang terdengar hanya keheningan,
bahkan denging suara di telinga pun tidak terdengar. Serbuan frekuensi dalam
spektrum suara yang dapat didengar juga tidak bisa diindera. Kenikmatan suara alam,
musik dan lagu tidak bisa dinikmati. Itulah yang terjadi jika Allah tidak
mengaruniai nikmat telinga.
Tanpa mata dan tanpa telinga, apa jadinya? Kegelapan dan keheningan. Tidak
ada apa-apa di luar sana. Ini yang terjadi pada jiwa di awal perjalanannya di
alam dunia. Jiwa belum dibekali alat untuk mengindera dunia fana ini. Apa
perlunya dibekali indera? Untuk sebuah tujuan. Mengenal Allah. Setelah mengenal
Allah, mau apa didunia ini? Jiwa menunjukkan diri sebagai hamba yang patuh tunduk
kepada Allah semata. Apa bukti ketundukan ini di dunia? Bersyukur dengan
karunia dunia, mencari rizki untuk dinafkahkan di jalan Allah. Beribadah kepada
Allah. Bagaimana cara beribadah. Kenalilah Rasulullah dan dua warisannya, yaitu
Al-Qur'an dan Hadist. Bertaqwalah di manapun berada.
Lalu bagaimana mensikapi semua kejadian di dunia ini?
Sikapi semua kejadian sebagaimana adanya, Lalu gunakan pendekatan syar'i
(hukum Allah) untuk menilai baik dan buruknya. Jangan mencoba menilai baik dan buruk
hanya dari rasionalitas dan perasaan subjektif semata. Betapapun keras kita mengusahakan atau menghindari sesuatu, kejadian yang kita terima adalah ketetapanNya. Sesungguhnya semua kejadian
ini milikNya dan hanya kepadaNya semua dikembalikan. Ketika ikhtiar dengan jihad telah diusahakan, maka bertawakallah.
Jadilah saksi atas kekuasaanNya, keindahanNya, karuniaNya, nikmatNya yang
tercurah ke diri kita.
Dengan adanya hidup di dunia ini, sang ruh belajar mengenali Tuhannya,
Nabinya, dan dirinya sendiri. Sehingga ketika tiba waktunya kembali kepada Tuhannya, sang jiwa telah siap dan bertanggung jawab atas semua perbuatannya di dunia dan menuju Tuhannya dengan tenang tanpa rasa kuatir dan rasa takut.
Medio Maret 2007
atau paling tidak keburaman. Semua penampakan yang ada di luar sana tidak ada
artinya. Serbuan cahaya yang terus menerus dalam spektrum frekuensi yang
dapat dilihat melalui mata normal juga tidak dapat diindera. Semua keindahan
pada alam, harta benda, dan manusia tidak dapat dinikmati. Itulah yang terjadi
jika Allah tidak mengaruniai nikmat mata.
Bayangkanlah sebuah dunia tanpa telinga. Yang terdengar hanya keheningan,
bahkan denging suara di telinga pun tidak terdengar. Serbuan frekuensi dalam
spektrum suara yang dapat didengar juga tidak bisa diindera. Kenikmatan suara alam,
musik dan lagu tidak bisa dinikmati. Itulah yang terjadi jika Allah tidak
mengaruniai nikmat telinga.
Tanpa mata dan tanpa telinga, apa jadinya? Kegelapan dan keheningan. Tidak
ada apa-apa di luar sana. Ini yang terjadi pada jiwa di awal perjalanannya di
alam dunia. Jiwa belum dibekali alat untuk mengindera dunia fana ini. Apa
perlunya dibekali indera? Untuk sebuah tujuan. Mengenal Allah. Setelah mengenal
Allah, mau apa didunia ini? Jiwa menunjukkan diri sebagai hamba yang patuh tunduk
kepada Allah semata. Apa bukti ketundukan ini di dunia? Bersyukur dengan
karunia dunia, mencari rizki untuk dinafkahkan di jalan Allah. Beribadah kepada
Allah. Bagaimana cara beribadah. Kenalilah Rasulullah dan dua warisannya, yaitu
Al-Qur'an dan Hadist. Bertaqwalah di manapun berada.
Lalu bagaimana mensikapi semua kejadian di dunia ini?
Sikapi semua kejadian sebagaimana adanya, Lalu gunakan pendekatan syar'i
(hukum Allah) untuk menilai baik dan buruknya. Jangan mencoba menilai baik dan buruk
hanya dari rasionalitas dan perasaan subjektif semata. Betapapun keras kita mengusahakan atau menghindari sesuatu, kejadian yang kita terima adalah ketetapanNya. Sesungguhnya semua kejadian
ini milikNya dan hanya kepadaNya semua dikembalikan. Ketika ikhtiar dengan jihad telah diusahakan, maka bertawakallah.
Jadilah saksi atas kekuasaanNya, keindahanNya, karuniaNya, nikmatNya yang
tercurah ke diri kita.
Dengan adanya hidup di dunia ini, sang ruh belajar mengenali Tuhannya,
Nabinya, dan dirinya sendiri. Sehingga ketika tiba waktunya kembali kepada Tuhannya, sang jiwa telah siap dan bertanggung jawab atas semua perbuatannya di dunia dan menuju Tuhannya dengan tenang tanpa rasa kuatir dan rasa takut.
Medio Maret 2007
Minggu, 20 April 2008
Bayang-bayang
Bayang-bayang berputar mengelilingi
Mengajak untuk kembali
Dan menyakinkan pasti akan kembali
Di antara kepedulian dan keacuhan
Di tengah kebisuan dan kediaman
Muncullah nuansa-nuansa paradox
Ketahuilah
'aku'mu memang akan kembali
tetapi bukan pada makhluk tempat kembalimu
'aku'mu hanya akan kembali pada Rabb al-Arbab
wahai bayang-bayang
Biarkan 'diri'mu sejenak dalam sunyi
Wahai para pecinta Kebenaran
Selama ego dan keinginan masih menghijab
Biarkan Dia mengikis kerak-kerak pemahaman lapukmu
Biarkan 'aku'mu larut dalam Kehampaan
Sejatinya 'diri'mu hanya makhluk lemah
Biarkanlah sejenak arungi 'jalan'
O para penerbit syair Cinta
Biarkanlah berkelana ke relung-relung dan sekat-sekat hati
Karena di sana masih ada citra keluasan dan kemandirian
Masih ada keterikatan
Masih belum seutuhnya suwung dan hampa
O para pengelana Cahaya
Biarkanlah Dia melepas semua bayang-bayang
Biarkanlah terbang tinggi
Membuncahkan isi jiwa
dengan bait-bait syair picisan tanpa alur
semata hanya nyala lilin
Siang nan sejuk, 21 April 2008
Mengajak untuk kembali
Dan menyakinkan pasti akan kembali
Di antara kepedulian dan keacuhan
Di tengah kebisuan dan kediaman
Muncullah nuansa-nuansa paradox
Ketahuilah
'aku'mu memang akan kembali
tetapi bukan pada makhluk tempat kembalimu
'aku'mu hanya akan kembali pada Rabb al-Arbab
wahai bayang-bayang
Biarkan 'diri'mu sejenak dalam sunyi
Wahai para pecinta Kebenaran
Selama ego dan keinginan masih menghijab
Biarkan Dia mengikis kerak-kerak pemahaman lapukmu
Biarkan 'aku'mu larut dalam Kehampaan
Sejatinya 'diri'mu hanya makhluk lemah
Biarkanlah sejenak arungi 'jalan'
O para penerbit syair Cinta
Biarkanlah berkelana ke relung-relung dan sekat-sekat hati
Karena di sana masih ada citra keluasan dan kemandirian
Masih ada keterikatan
Masih belum seutuhnya suwung dan hampa
O para pengelana Cahaya
Biarkanlah Dia melepas semua bayang-bayang
Biarkanlah terbang tinggi
Membuncahkan isi jiwa
dengan bait-bait syair picisan tanpa alur
semata hanya nyala lilin
Siang nan sejuk, 21 April 2008
Pasrah dalam Cahaya
Serahkan semua urusan kepada Allah
Hiduplah dalam kekinian
Jangan risaukan apa yang telah lewat
dan apa yang ada didepanmu
Biarkan kehendakNya mengalirimu
dan mengajarimu Jalan Kebenaran
Sesungguhnya kau tak memiliki apapun
dan tak kuasa atas apapun
Cukuplah kau berserah diri padaNya
karena Dia jualah yang akan mencukupimu
Renungkanlah o pejalan fakir
Masukilah relung-relung kesunyian hatimu
Jiwa-jiwa ini ada dalam genggamanNya
bahkan bersitan hati sebesar zarah
tak luput dari IlmuNya,Yang Maha Meliputi
Ambilah hikmah tersirat dengan bashirahmu
pada setiap fenomena lahir
yang menyapa tiada henti
Biarkan cahayaNya mengalir
menerangi setiap sudut nuranimu
hingga kegelapan berganti terang cahaya
Singkirkan ego dan keinginanmu
Sambutlah Harta Yang Terpendam
Biarkan cahaya itu memancar ke alam raya
Jelang siang, 21 April 2008
Hiduplah dalam kekinian
Jangan risaukan apa yang telah lewat
dan apa yang ada didepanmu
Biarkan kehendakNya mengalirimu
dan mengajarimu Jalan Kebenaran
Sesungguhnya kau tak memiliki apapun
dan tak kuasa atas apapun
Cukuplah kau berserah diri padaNya
karena Dia jualah yang akan mencukupimu
Renungkanlah o pejalan fakir
Masukilah relung-relung kesunyian hatimu
Jiwa-jiwa ini ada dalam genggamanNya
bahkan bersitan hati sebesar zarah
tak luput dari IlmuNya,Yang Maha Meliputi
Ambilah hikmah tersirat dengan bashirahmu
pada setiap fenomena lahir
yang menyapa tiada henti
Biarkan cahayaNya mengalir
menerangi setiap sudut nuranimu
hingga kegelapan berganti terang cahaya
Singkirkan ego dan keinginanmu
Sambutlah Harta Yang Terpendam
Biarkan cahaya itu memancar ke alam raya
Jelang siang, 21 April 2008
Kamis, 17 April 2008
Doa Seorang Hamba
Ya Allah ampunilah
kesilapan-kesilapan
gerak liar dan sombong
keingkaran dan ketidaktundukan
yang masih saja aku perbuat
Ya Allah
Kaulah pengisi nuansa hati
penyejuk jiwa
sebaik-baik pelindung
Ya Allah
kepadaMu
luruh dan fanaku
bukalah hijab dan liputi aku
cahayai qalbku dengan NurMu
Ya Allah
Beri aku kekuatan
untuk selalu ridho pada ketentuanMu
untuk pasrah pada ketetapanMu
untuk selalu berada di sisiMu
Ya Allah
cahayaMu di barat dan timur
pada setetes embun pagi
pada sehelai daun kering layu
pada setiap bagian terkecil alam semesta
Ya Allah
beri aku daya
agar shalat dan ibadahku hanya untukMu
agar hidup dan matiku hanya buatMu
agar hanya Engkaulah tujuanku
Ya Allah
Kau ajari aku bagaimana berkasih sayang
untuk selalu menerima apanya
untuk selalu memberi tanpa berharap
Kaulah guruKu
Ya Allah
Tlah kau perlihatkan padaku
Rahman dan RahimMu
ketundukan pada semua ciptaanMu
Ya Allah
Biarkan aku selalu disisiMu
Jangan lagi jauh dariku
Tetaplah disini
Menemaniku
jelang siang, 18 April 2008
kesilapan-kesilapan
gerak liar dan sombong
keingkaran dan ketidaktundukan
yang masih saja aku perbuat
Ya Allah
Kaulah pengisi nuansa hati
penyejuk jiwa
sebaik-baik pelindung
Ya Allah
kepadaMu
luruh dan fanaku
bukalah hijab dan liputi aku
cahayai qalbku dengan NurMu
Ya Allah
Beri aku kekuatan
untuk selalu ridho pada ketentuanMu
untuk pasrah pada ketetapanMu
untuk selalu berada di sisiMu
Ya Allah
cahayaMu di barat dan timur
pada setetes embun pagi
pada sehelai daun kering layu
pada setiap bagian terkecil alam semesta
Ya Allah
beri aku daya
agar shalat dan ibadahku hanya untukMu
agar hidup dan matiku hanya buatMu
agar hanya Engkaulah tujuanku
Ya Allah
Kau ajari aku bagaimana berkasih sayang
untuk selalu menerima apanya
untuk selalu memberi tanpa berharap
Kaulah guruKu
Ya Allah
Tlah kau perlihatkan padaku
Rahman dan RahimMu
ketundukan pada semua ciptaanMu
Ya Allah
Biarkan aku selalu disisiMu
Jangan lagi jauh dariku
Tetaplah disini
Menemaniku
jelang siang, 18 April 2008
Senin, 14 April 2008
Lurus dalam Jalan Cahaya
Tetaplah lurus di jalanKu
apa yang tidak kau inginkan pun aku berikan kepadaMu
nikmatilah rasa syukur yang ada di dadamu
demikianlah Aku mengalirkannya kepadamu
Jangan larut dan terpukau oleh dunia
Dunia sengaja Aku ciptakan untuk ujian bagiMu
agar engkau dapat membedakan antara Haq dan bathil
dengan Cahaya petunjukKu
Sirnakanlah wujudmu
Mendekatlah kepadaKu dengan sepenuh hati
Cukuplah Aku sebagai penolongmu
Karena Aku ada dimanapun kau ada
Merasa cukuplah atas semua rezeki yang Aku berikan
bersyukurlah atas ketenangan bathin yang Aku alirkan
karena puncak kebahagiaan seorang hamba
adalah saat-saat dia bersamaKu
pagi cerah, 15 April 2008
apa yang tidak kau inginkan pun aku berikan kepadaMu
nikmatilah rasa syukur yang ada di dadamu
demikianlah Aku mengalirkannya kepadamu
Jangan larut dan terpukau oleh dunia
Dunia sengaja Aku ciptakan untuk ujian bagiMu
agar engkau dapat membedakan antara Haq dan bathil
dengan Cahaya petunjukKu
Sirnakanlah wujudmu
Mendekatlah kepadaKu dengan sepenuh hati
Cukuplah Aku sebagai penolongmu
Karena Aku ada dimanapun kau ada
Merasa cukuplah atas semua rezeki yang Aku berikan
bersyukurlah atas ketenangan bathin yang Aku alirkan
karena puncak kebahagiaan seorang hamba
adalah saat-saat dia bersamaKu
pagi cerah, 15 April 2008
Langganan:
Postingan (Atom)